Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sultan Syarif Kasim Riau bekerja sama dengan INOVASI (Innovation for Indonesia’s School Children) menggelar webinar bertajuk “Penguatan Pendidikan Inklusi di LPTK”, Senin (11/8/2025). Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yakni Prof. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd. dari Universitas Pendidikan Indonesia, dan Nur Azizah, M.Ed., Ph.D. dari Universitas Negeri Yogyakarta, serta dimoderatori oleh Dr. Sukma Erni, M.Pd., Wakil Dekan I FTK UIN Suska Riau.
Acara diawali dengan sambutan Dekan FTK, Prof. Amirah Diniaty, yang berharap kerja sama ini dapat berlanjut pada tahap yang lebih luas, termasuk penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang ramah inklusi. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ngga D. Vistara, Deputy Program Director Education Policy, Performance and Learning INOVASI.
Webinar secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor I UIN Suska Riau, Prof. Raihani, yang mewakili Rektor. Dalam sambutannya, Prof. Raihani menegaskan bahwa pendidikan inklusi sejatinya bukan hal baru dalam ajaran Islam. Menurutnya, Islam telah lama mengajarkan nilai-nilai inklusi seperti persamaan (al-musāwa), keadilan (al-‘adālah), moderasi (al-wasathiyah), toleransi (al-tasāmuh), dan penghargaan terhadap keragaman (diversity). Pandangan ini turut diamini oleh Prof. Endang Rochyadi ketika memulai pemaparannya.
Prof. Endang menjelaskan bahwa Schools Improvement atau gerakan perbaikan mutu sekolah memiliki tujuan utama mempromosikan pendidikan dasar yang merata untuk semua anak. Prinsipnya adalah memberikan kesempatan dan kesetaraan bagi setiap anak untuk belajar di sekolah, serta memperluas akses tanpa memandang latar belakang atau kondisi anak. Esensi gerakan ini adalah menciptakan sekolah sebagai ruang belajar yang ramah, aman, dan inklusif.
Dalam penerapan pendidikan inklusif, lanjut Prof. Endang, fokus utama bukan sekadar memasukkan anak penyandang disabilitas ke dalam sistem pendidikan yang kaku, tetapi menyesuaikan sistem agar dapat mengakomodasi semua anak. Tantangan terbesar bukan pada anak itu sendiri, melainkan pada sistem pendidikan—mulai dari kurikulum, guru, hingga lingkungan belajar—yang perlu diubah agar fleksibel dan menerima keberagaman. Kurikulum harus berpusat pada anak, guru perlu menerapkan pendekatan individual sesuai kebutuhan, dan keterlibatan masyarakat serta orang tua menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran.
Sesi berikutnya diisi oleh Nur Azizah, Ph.D., yang memaparkan desain modul pendidikan inklusif INOVASI beserta rancangan RPS. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab dan diskusi interaktif yang memperkaya wawasan peserta mengenai strategi penerapan pendidikan inklusi di LPTK pada umumnya dan di FTK UIN Suska Riau secara khusus.